KERJASAMA ORANG TUA DAN GURU DALAM PENGASUHAN ANAK BERKARAKTER

Oleh : Linda Ratnawati


PENDAHULUAN 

      Sumber daya manusia yang berkualitas tinggi akan mampu mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki untuk suatu perkembangan dan kemajuan yang lebih unggul dalam berbagai bidang. Salah satu upaya untuk membangun SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan formal di sekolah maupun non formal di masyarakat. Sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan secara formal, sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui proses belajar mengajar. Sesuai Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional pasal 3 dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk perkembangan potensi siswa didik agar menjadi peserta didik yang beriman, bertakwa pada Tuhan, berakhlak mulia atau berkarakter, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis dan bertanggung jawab. Selanjutnya pada Pasal 7 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya. 

     Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya. Pada dasarnya setiap individu memiliki sejumlah potensi dan kemampuan, misalnya potensi seorang siswa dalam menangkap dan menganalisis pelajaran. Potensi tersebut dapat dikembangkan melalui berbagai bentuk aktivitas yang dilakukan siswa dengan sesama siswa atau melalui serangkaian kegiatan pembelajaran yang telah disiapkan oleh guru. Prestasi belajar tinggi dan karakter unggul siswa pada hakekatnya merupakan pencerminan seluruh proses pembelajaran. Semakin baik usaha belajar semakin baik pula prestasi yang dicapai dan pembentukan watak atau karakter siswa. Pada dasarnya keberhasilan belajar ditentukan oleh dua faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa. 

     Faktor dari dalam seperti kekuatan motivasi, minat, dorongan berprestasi, kepercayaan diri, sedangkan faktor dari luar antara lain komunikasi guru dengan murid, dukungan dan kerjasama antara siswa, lingkungan belajar, dukungan sosial dan bimbingan praktis orang tua, serta adanya kerjasama atau sinergitas orang tua dengan pihak pendidik di sekolah. 

    SMPN 1 Losarang Kabupaten Indramayu,  merupakan salah satu lembaga pendidikan yang selalu menyiapkan dan membantu siswanya untuk menguasai dan mampu menerapkan nilai-nilai positif  atau lebih dikenal dengan anak berkarakter yang unggul. Pengembangan karakter di sekolah mengacu pada penguatan profil pelajar Pancasila. Hal ini sesuai dengan salah satu misi dari SMPN 1 Losarang Kabupaten Indramayu yaitu meningkatkan mutu dalam mencapai keunggulan. Selain berbagai capaian sekolah, juga masih ditemukan sejumlah kekurangan pada proses belajar mengajar yang terjadi. Salah satu masalah yang masih sering terjadi dalam proses belajar mengajar yaitu adanya perbedaan persepsi antara siswa dengan guru pada materi yang diajarkan oleh guru. Sedangkan pada guru terjadi perbedaan persepsi dalam penerapan model atau teknik pembelajaran khususnya dalam proses menginternalisasikan nilai-nilai karakter pada materi yang diajarkan. 

     Kemajuan teknologi dan informasi saat ini hampir sulit dibendung. Seluruh dimensi kehidupan manusia sudah dimasuki dan dipengaruhi oleh adanya teknologi dan informasi, termasuk juga dalam dunia pendidikan. Di satu sisi, kemajuan teknologi dan informasi mendatangkan keuntungan atau nilai yang positif dan konstruktif. Artinya, kemajuan teknologi dan informasi membuat aktivitas dan kebutuhan manusia semakin mudah atau gampang dilaksanakan. Akan tetapi di sisi lain, setiap kemajuan dan perkembangan mendatangkan implikasi negatif dan destruktif (merusak) jika manusia tidak memiliki sikap kritis dan selektif. Ini menegaskan bahwa perkembangan teknologi dan informasi saat ini terutama penggunaan perangkat digital telah mempengaruhi karakter kehidupan anak.

     Anak-anak generasi masa kini merupakan generasi digital native, yaitu mereka yang sudah mengenal media elektronik dan digital sejak lahir Anak-anak yang hidup di era digital mempunyai karakteristik atau perilaku yang di sebut dengan ketergantungan terhadap gadget (internet). Perilaku ini akhirnya berpengaruh langsung terhadap pembentukan karakter anak dan sifat ketergantungan terhadap       digital di era milenial. Di era generasi digital anak-anak sangat aktif berselancar di media sosial seperti, Facebook, Twitter, dan Instagram maupun media sosial lainnya. Kemajuan teknologi memberikan pengaruh signifikan terhadap pembetukan karakter pada anak dan memberikan dampak positif dan juga dampak negatif bagi tumbuh kembang anak dalam keluarga. Teknologi digital, salah satunya internet menjadi satu aspek penting dalam faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.

     Faktor-faktor yang menghambat terdapat perbedaan kendala yang dihadapi ibu dan ayah. Kendala yang dialami sebagian besar ibu yaitu dalam hal aktivitas ibu sehari-hari seperti mengerjakan pekerjaan rumah dan menonton televisi. Selain itu, kendala anak yaitu susah makan dan rewel disaat ibu sedang melakukan pekerjaan rumah. Kendala yang dialami sebagian besar ayah yaitu keterbatasan waktu ayah untuk berinteraksi dengan anak karena seluruh ayah selalu pergi bekerja. Kendala lainnya yaitu alasan memberikan gawai kepada anak sematamata agar anak dapat mengikuti perkembangan zaman, dan dapat menjadi media hiburan bagi anak saat orangtua melakukan pekerjaan. Pengaruh ini jugalah yang menjadikan penghambat komunikasi antara guru dan orang tua siswa, di satu sisi orang tua menginginkan terjadi komunikasi untuk melakukan kontrol perkembangan anak di rumah sesuai dengan tujuan pembelajaran, tetapi orang tua di rumah memberikan anaknya fasilitas telepon cerdas untuk menenangkan mereka. Faktor penghambat lainnya adalah bervariasinya tingkat pendidikan orang tua yang berdampak pada bervariasi pula pengetahuan mereka dalam mendidik anak di era digital ini. Orang tua cerdas akan lebih mudah mengarahkan anaknya dalam memanfaatkan media digitalnya dan mampu membangun komunikasi efektif dengan guru di sekolah, namun sebaliknya orang tua berpendidikan rendah cenderung melakukan pembiaran terhadap kebiasaan anak mereka dalam memanfaatkan media digital mereka dan cenderung tidak terjadi komunikasi efektif dengan guru.


METODE 


     Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif kualitatif dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan pemaknaan tentang sinergitas orang tua dan pendidik dalam pengasuhan anak berkarakter di era digital. 

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 1 Losarang Kabupaten Indramayu. Adapun alasan pemilihan tempat penelitian adalah karena relevansinya dengan permasalahan yang akan diteliti dan sesuai dengan sifat dan karakteristik penelitian. Selain itu karena sekolah tersebut merupakan sekolah model di Kabupaten Indramayu. Waktu penelitian direncanakan akan berlangsung selama kurang lebih 3 (tiga) bulan. 

     Desain Penelitian disusun dalam bentuk narasi sebagai upaya pengungkap masalah dalam penelitian. Gaya penulisan dalam penelitian mengkombinasikan antara formal dan informal. Gaya penulisan yang bersifat formal dalam arti memuat hal yang pokok kemudian dipertajam dengan contoh dan ilustrasi data. 

Fokus pada penelitian ini adalah kerjasama orang tua dan guru dalam pengasuhan anak berkarakter di era digital. 

     Data adalah segala fakta yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun informasi penelitian. Data dalam penelitian mencakup: 


1) bentuk sinergitas antara orang tua dan guru dalam pengasuhan anak berkarakter di era digital; 

2) faktor pendukung dan penghambat sinergitas orang tua dan guru dalam pengasuhan anak berkarakter di era digital; dan 

3) upaya yang dilakukan sekolah untuk mengembangkan sinergitas orang tua dan guru dalam pengasuhan anak berkarakter di era digital. 


     Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas dua yaitu data primer dan data sekunder. 

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subyek atau informan yang diteliti. Subyek atau informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, dan orang tua. 

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari subyek atau informan tetapi datanya digunakan untuk melengkapi data primer. 


     Penelitian ini mengkaji tentang kerjasama orang tua dan guru dalam pengasuhan anak berkarakter di era digital dengan fokus kajian pada bentuk kerjasana orang tua dan guru. Bentuk kerjasama orang tua dan guru yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kerjasama yang dibangun atas kesamaan kedudukan, saling percaya, dan saling menghormati dalam membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter peserta didik. Dengan demikian, bentuk kerjasama orang tua dan guru diartikan sebagai bentuk kerjasama yang sistematis, terencana dan disepakati sebagai cara atau teknik yang diterapkan bersama dalam pengembangan dan internalisasi nilai-nilai karakter pada anak, baik di sekolah maupun di rumah.

     Pengecekan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul benar adanya, disebut dengan validitas data. Validitas data akan membuktikan apakah data yang diperoleh sesuai dengan apa yang ada di lapangan atau tidak.Menguji keabsahan data, peneliti menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dan sumber yang telah ada Sugiono,(2014: 372). Peneliti akan mengumpulkan data dari beberapa gabungan metode wawancara, observasi dan dokumentasi untuk mencari kebenaran tentang berbagai fenomena. 

Untuk memperkuat keabsahan data hasil temuan dan menjaga validitasi penelitian, maka peneliti mengacu pada empat standar validasi yang disarankan oleh Lincoln dan Guba, yang terdiri dari : 

1). Kredibilitas (credibility), 

2). Keteralihan (transferability), 

3). Ketergantungan (dependability), 

4). Ketegasan (confirmability)  Uhar Suharsaputra,(2014: 107). 


HASIL DAN PEMBAHASAN 


     Bentuk kerjasama orang tua dan guru dalam pengasuhan anak berkarakter di era digital di SMPN 1 Losarang Kabupaten Indramayu

Idealnya, sekolah bukan hanya membangun kecerdasan intelektual anak tetapi juga menjadi tempat yang subur dan terbaik untuk menyemai, melakukan, dan menginternalisasikan nilai-nilai karakter, bahkan menjadi tempat untuk mengembangkan kecerdasan sosial dan spiritual. Sekolah dalam peran strategis tersebut memosisikan guru dalam posisi penting untuk mempersiapkan masa depan anak yang lebih baik. Posisi penting guru dimaksud membutuhkan dukungan kerjasama yang kuat dengan orang tua siswa khususnya dalam pengasuhan anak berkarakter di era digital. dan tentu saja semua pihak berperan sesuai porsinya masing-masing, tetapi saling bersinergi satu sama lain. Hubungannya dengan itu, strategi utama sekolah dalam membangun sinergitas seperti hasil wawancara dengan kepala sekolah Bapak Taryono sebagai berikut: “strategi utama sekolah dalam membangun kerjasama adalah terlebih dahulu merekrut orang tua siswa sebagai mitra utama sekolah dalam pembentukan pendidikan karakter siswa dalam banyak hal, baik terkait kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler“ (Wawancara, Senin 19 Februari 2024) “Selanjutnya kepala sekolah memberikan ruang seluas-luasnya kepada seluruh guru untuk membangun komunikasi dan pola hubungan yang kondusif antara guru dengan orang tua sesuai dengan karakteristik dan latar belakang masing-masing orang tua. Melalui kerjasama tersebut, orang tua diharapkan menjadi penyambung dan melanjutkan apa yang diterima oleh peserta didik selama berada di sekolah.

     Terkait dengan langkah-langkah guru dalam pembentukan karakter siswa, peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Nurlaeli salah satu Guru kelas IX di SMPN 1 Losarang Kabupaten Indramayu: “Sekolah kami ini berada di lingkungan sawah dan empang, tentu saja peserta didik kami lumayan istimewa. Keragaman karakter dari latar belakang sosial yang bervariasi membuat kami harus lebih sabar untuk melaksanakan tujuan pendidikan dan dalam penanaman nilai nilai karakter di era digital sekarang ini. Di sekolah kami pelibatan orang tua sangat berpengaruh terhadap penanaman nilai karakter anak.Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam membentuk karakter anak dibutuhkan kesadaran, tetapi dengan kedekatan emosional dan bantuan orang tua di rumah, saya yakin tidak ada lagi kata sulit. Kalau saya, yang pertama saya lakukan adalah menyusun strategi bagaimana menyampaikan materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang ada sesuai silabus dan RPP lalu saya selipkan

pembentukan karakter. Apakah lewat contoh sikap, atau lewat video motivasi yang saya putarkan saat memberikan materi pelajaran. “ (Wawancara, Senin, 19 Februari 2024)

Pembahasan 


     Sekolah merupakan tempat dan lingkungan yang sengaja diciptakan bukan hanya sekedar sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan, tetapi lebih dari itu pembentukan karakter anak yakni dengan memberikan kemampuan dan keterampilan serta contoh-contoh baik kepada mereka. Sekolah tidak hanya berperan membangun kecerdasan intelektual anak didik (transfer of knowledge) tetapi sekaligus menjadi tempat yang subur dan terbaik untuk melakukan internalisasi nilai-nilai karakter, kepribadian, keteladanan, dan sebagainya (transfer of value), bahkan sekolah berperan untuk mengembangkan kecerdasan sosial dan spiritual anak didik. 


     Peran guru dalam eksistensi sekolah tersebut menjadi sangat strategis karena menjadi sosok atau tokoh yang diidolakan oleh siswa selama anak berada di lingkungan sekolah. Guru menjadi tempat bagi para anak didik untuk belajar dalam segala hal dan mendapatkan contoh-contoh kebiasaan hidup yang sangat mereka butuhkan untuk mempersiapkan masa depan mereka yang lebih baik. Meskipun demikian, guru tidak dapat bekerja sendiri dengan segala kemampuannya karena selain bebannya yang cukup berat, waktu untuk berinteraksi antara guru dan siswa juga sangat terbatas sehingga keberhasilan guru dalam mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran dan penguatan karakter siswa hanya dapat berhasil apabila didukung dengan adanya kerjasama dan sinergitas yang kuat antara guru dengan orang tua siswa. 

Kaitannya dengan itu, peran orang tua sangat diharapkan dalam menumbuhkan dan mengembangkan karakter positif anak di era digital sekarang ini. Orang tua merupakan guru yang pertama dan utama. Rumah merupakan sekolah yang pertama untuk membentuk anak berkarakter agar mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan dalam rumah dianggap utama karena sebelum anak mengenali lingkungan sosial yang lebih luas, ia terlebih dahulu mendapatkan contoh-contoh pembentukan kebiasaan, nilai-nilai dan norma-norma dalam rumah. Jika dalam kehidupan rumah tangga terbentuk kebiasaan positif maka diharapkan anak-anak akan dapat berperilaku positif dalam lingkungan sosialnya. 


     Dalam dunia pendidikan, semua telah mengetahui bahwa tugas guru bukan hanya mengajar di dalam kelas dan memberi ilmu pengetahuan saja, tetapi tugas seorang guru harus menanamkan nilai-nilai karakter positif yang kuat kepada peserta didik agar peserta didik tersebut menjadi manusia yang berkarakter dan memiliki keunggulan kecakapan abad 21, yaitu memiliki kemampuan berpikir kritis, mampu berkolaborasi dengan orang lain, memiliki kreativitas tinggi, dan memiliki keterampilan komunikasi yang efektif. Manusia berkarakter itu sudah sangat jelas bahwa manusia tersebut memiliki watak/karakter yang baik. Namun, seorang guru dalam pelaksanaan pembentukan karakter anak itu tidaklah mudah. Karena pembentukan karakter anak itu sesungguhnya didasari dengan penuh kesabaran, ketelatenan dan harus diterapkan secara bertahap. Demikian pula guru harus menjadi suri tauladan yang baik bagi peserta didiknya. Sekolah harus melakukan apa saja untuk mendukung orang tua. Namun, sebaliknya orang tua juga harus mendukung upaya sekolah untuk mengajarkan nilai-nilai dan karakter yang baik. Pelibatan orang tua dalam pengasuhan anak berkarakter di era digital juga akan membuat kerjasama orang tua dan guru semakin kuat. 

     Bentuk kerjasama orang tua dan guru dalam pengasuhan anak berkarakter di era digital sebagaimana temuan penelitian adalah komunikasi melalui pesan singkat menggunakan aplikasi WhatsApp (WA); Group Parenting yang dibuat oleh guru atas kesepakatan dengan orang tua; Video-video motivasi singkat yang isinya mengandung nilai-nilai karakter dalam keseharian hidup anak; dan komunikasi langsung secara pribadi dengan orang tua melalui kegiatan kunjungan rumah (home visit).Temuan ini menunjukkan bahwa kerjasama yang dilaksanakan orang tua dan guru berorientasi pada komunikasi dua arah. Orientasi demikian memberikan peluang secara maksimal keterlibatan orang tua di sekolah dan di rumah. 


     Pendidikan karakter untuk orang tua menjadi sangat penting. Mengingat orang tua memiliki tiga peran utama dalam pendidikan karakter anak. 

Ketiga faktor itu adalah: 


a. Orang Tua menjalankan 8 fungsi dalam keluarga. Yaitu fungsi:

 (1) agama; (2) sosial; (3) cinta kasih; (4) perlindungan; (5) ekonomi; (6)  pendidikan;

(7) pelestarian lingkungan; dan (8) reproduksi 

b. Keterlibatan peran orang tua dan masyarakat dalam pengelolaan sekolah dan proses pembelajaran, untuk mencegah perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma susila dan nilai moral (Renstra Kemdikbud). 

c. Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:

 (a) mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak;

   (b) menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya; 

   (c) mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak; dan

   (d) memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada anak.  (UU RI. No.35 Tahun 2014, Pasal 26 ayat 1). 


     Berbagai penelitian telah membuktikan orang tua memiliki andil yang sangat besar dalam perkembangan kemampuan anak dalam lingkup pendidikan. Salah satu penelitian yang dilakukan Krishna Y. Smith (2011) dalam disertasinya yang berjudul The Impact of Parental Involvement on Student Achievement. Penelitian tersebut telah menunjukkan keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan dapat meningkatkan pencapaian prestasi belajar peserta didik, baik dalam kemampuan moral maupun intelektual. Hal yang paling mendasar dalam keterlibatan ini adalah, saling memberikan keteladanan (model), menanamkan pembiasaan positif, dan saling mengevaluasi dalam pengawasan serta memberikan apresiasi.

     Peserta didik yang literat menjadi amunisi ampuh lahirnya generasi emas di tahun 2045 yang diproyeksikan capaiannya melalui penguatan pendidikan karakter. Yang terpenting sekolah harus terus mencari upaya untuk terbangunnya keterlibatan ini. Bentuk keterlibatan orang tua dan kerjasamanya dengan pihak sekolah dapat terbangun jika seluruh pihak memainkan perannya secara optimal. 

Kerjasama orang tua dan guru yang telah dilaksanakan di SMPN 1 Losarang Kabupaten Indramayu, sebagaimana hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan sekolah memberi ruang kepada guru untuk bisa berkreasi dan berinovasi. Termasuk sekolah menyiapkan reward atau penghargaan bagi guru-guru yang dinilai berhasil dan aktif membangun kerjasama dengan orang tua siswa. Selain pendukung, juga ditemukan adanya sikap sebagian orangtua yang terkesan menyepelekan udangan sekolah, bahkan tidak jarang orangtua hanya meminta saudara atau pembantunya yang datang ke sekolah. Temuan ini tentu menghambat kerjasama yang harusnya merupakan kerja berdampingan atau setara yang menekankan nilai-nilai kebersamaan. 


SIMPULAN DAN SARAN 


     Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan adalah bentuk kerjasama orang tua dan guru dalam pengasuhan anak berkarakter di era digital di SMPN 1 Losarang Kabupaten Indramayu yaitu komunikasi dalam bentuk WhatsApp Group Parenting Class yang dibuat oleh guru sebagai penyambung komunikasi saat peserta didik telah kembali ke rumah mereka masing-masing, kunjungan langsung ke rumah peserta didik untuk membangun komunikasi dan kedekatan secara emosional dengan orang tua terkait dengan cara cara yang akan digunakan sebagai pola pengasuhan anak berkarakter. Sekolah juga mengeluarkan sejumlah kebijakan dan beberapa program sekolah yang di dalamnya melibatkan orang tua agar tetap bekerjasama, misalnya melibatkan prang tua dalam penataan pojok baca dan interior di setiap ruang kelas, bahkan orang tua diharapkan datang untuk menyaksikan setiap lomba yang dilakukan antar siswa atau antar kelas di sekolah. Dengan demikian orang tua diharapkan akan muncul perasaan ikut memiliki dan bertanggung jawab dengan program-program yang disusun guru di kelas anak-anaknya atau bahkan program sekolah secara keseluruhan. Mereka tentu akan bangga jika mendengar sekolah tempat anaknya belajar mendapatkan penghargaan dari pemerintah dan pengakuan dari masyarakat. 

     Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, maka peneliti menyarankan antara lain sebagai berikut: 

(1) Pihak sekolah agar melakukan evaluasi secara terus menerus terkait program sekolah khususnya yang berkaitan dengan kerjasama orang tua dan guru. 

       Bentuk-bentuk yang selama ini digunakan perlu diidentifikasi bentuk-bentuk mana yang dinilai paling efektif dalam pengasuhan anak berkarakter di era digital.

  (2) Sekolah diharapkan dapat terus mengembangkan faktor-faktor pendukung yang sudah berjalan, dan berupaya meminimalisir faktor penghambat. Makin meningkatkan kualitas komunikasi dengan orang tua dan terus membangkitkan kesadaran orang tua tentang perannya yang tidak kalah penting dalam mengoptimalkan capaian hasil belajar anak di sekolah, baik yang bersifat akademik maupun yang non akademik. Sekolah juga dapat memberikan penghargaan pada moment-moment tertentu bagi orang tua yang secara aktif memainkan perannya membantu sekolah dalam pengembangan karakter siswa.

 (3) Sekolah diharapkan makin mengoptimalkan perannya mulai dari proses perencanaan, implementasi dan evaluasi program sinergitas ini. Orang tua melalui komite sekolah perlu dilibatkan secara aktif untuk memberikan masukan sehingga orang tua merasa memiliki program tersebut dan akan selalu ikut bertanggung jawab dengan capaian hasil yang diinginkan. 


DAFTAR PUSTAKA 


Burhan, Bungin. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


Djamarah, Syaiful. 2005. Gurudan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif

Jakarta: PT. Rineka Cipta


Post a Comment for "KERJASAMA ORANG TUA DAN GURU DALAM PENGASUHAN ANAK BERKARAKTER"